“Menggali Potensi Emas Mahasiswa Unsoed Melalui Membaca”
Sayembara Literasi Vol 3 merupakan program kerja Kementerian Pengembangan Literasi dan Keilmuan BEM Unsoed 2022 Kabinet Titik Pijar, program kerja ini diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan minat literasi mahasiswa/i Universitas Jenderal Soedirman. Setelah melalui proses penjurian, kami mengumumkan dua karya resensi terbaik yang dimenangkan oleh Amanda Dwi Apriliani dari Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan yang meresensi novel “Keluarga Tak Kasat Mata” karya Bonaventura Genta dan Alya Dwi A. Setiaji dari Fakultas Pertanian yang meresensi Novel “Fantasteen: Ghost Dormitory in Alaska” karya Nabilla Anasty Fahzaria. Atas kemenangannya kami ucapkan selamat kepada dua peserta dengan karya terbaik. Terima kasih untuk semua peserta, panitia, dan pihak yang telah berpartisipasi dalam Sayembara Literasi Vol 3.
Dua Naskah Resensi Terbaik
“Keluarga Tak Kasatmata” karya Bonaventura Genta diresensi oleh Amanda Dwi Apriliani

Nama : Amanda Dwi Apriliani
NIM : I1A022010
Jurusan : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan
Judul buku : Keluarga Tak Kasatmata
Penulis : Bonaventura Genta
Penerbit : GagasMedia
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : vi + 122 halaman
Ukuran : 13 x 19 cm
Isi Resensi :
Saat itu Genta serta teman-temannya harus pindah ke gedung baru karena kantor lamanya telah habis kontrak. Gedung baru yang lebih besar serta bersih menjadi kesan pertama yang menarik bagi mereka. Akhirnya Genta serta keenam temannya diminta menginap di gedung baru tersebut untuk jaga kantor.
Kejadian aneh pun sudah terasa sejak hari pertama. Dimulai ketika bohlam kamar mandi mati saat Genta mandi sampai terdapat sosok nenek berwajah pucat dan memakai mukena yang ikut nimbrung di sela-sela tempat duduk mereka. Suasana hening, detak jantung berdegup kencang menyelimuti tubuh mereka. Setelah sosok nenek itu pergi, mereka menyusul kedua teman lainnya yang masih sibuk di ruang tengah. Kedua teman Genta itu tidak percaya saat diceritakan kejadian mistis yang terjadi. Sontak Genta flashback dengan kejadian yang sama dialaminya saat ia masih SMA ketika mendaki di Gunung Merbabu.
Kejadian mistis di kantor baru masih terjadi beberapa hari. Sampai akhirnya ada penjaga abdi gaib milik putra keraton yang menjaga kantor tersebut sehingga membuat berkurangnya gangguan-gangguan mistis dalam kantor. Ditambah dengan bulan ramadan yang membuat makhluk tak kasatmata seakan absen di kantor walau sementara. Kejadian mistis yang semakin hari semakin mengganggu membuat Genta memilih menceritakan hal ini ke Mbak Rere, seorang perempuan indigo. Mbak Rere yang langsung mengelilingi seisi kantor dengan bercerita adanya makhluk gaib serta memberi wejangan untuk selalu berdoa dan menjaga sikap. Kedua teman Genta yang mengerjakan deadline mendadak lari terbirit-birit menuju kamar Genta karena mouse komputer yang menyala dan bergerak sendiri. Setelah semuanya terlelap, Genta dibuat seperti menaiki rollercoaster karena menemui beberapa kejanggalan dan kejadian menyeramkan di dalam mimpinya.
Terlepas dari mimpi buruk dan setelah melihat kejadian mistis yang terjadi di bangunan kantor itu, Genta, dengan rasa penasarannya mencoba mencari informasi. Akhirnya dia dipertemukan dengan empat orang aneh yang membawa Genta berpindah ke dimensi lain. Rasa takut dan cemas dirasakan oleh Genta, terapi dia hanya pasrah dan ingin mendapat jawaban dari kejadian mistis yang dialami. Di dimensi lain, Genta menemukan berbagai kejadian yang tidak terduga. Persoalan-persoalan yang selama ini dipertanyakan pun satu-satu mendapat jawaban, hal ini semacam mengikuti permainan teka-teki atau detektif. Akhirnya Genta bertemu dengan keluarga yang membuat Genta mengerti akan kejadian misteri yang dialaminya di kantor.
Kelebihan : Novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata ini memiliki alur cerita dan penggabungan latar yang menarik sehingga mampu membawa pembaca berimajinasi, seakan-akan merasakan apa yang diceritakan. Penggunaan bahasa yang ringan membuat pembaca menikmati setiap adegan. Penyajian cerita yang terkonsep horor misterius menjadikan pembaca ikut menemukan solusi di setiap persoalan ceritanya. Cover yang lumayan tebal serta tulisan yang jelas menjadikan pembaca nyaman dan memahami setiap isi cerita.
Kekurangan : Kelemahan dari buku ini yaitu penggunaan bahasa campuran antara Bahasa Jawa dan Indonesia, masih terdapat beberapa kalimat yang belum diartikan ke Bahasa Indonesia sehingga membuat pembaca yang bukan orang jawa merasa kesulitan untuk memahami apa yang dimaksud dalam cerita. Selain itu terdapat typo atau kesalahan penulisan dalam beberapa kalimat. Menuju akhir cerita pembaca dibuat bingung terhadap rumitnya alur ending yang dirasa kurang masuk akal sehingga dapat meragukan label ‘kisah nyata’ dalam cover bukunya.
Penutup : Novel karya Bonaventura Genta sangat cocok dikalangan usia 17 tahun ke atas karena alur dan penyajian cerita yang horor serta misterius membuat pembaca seolah-olah menjadi detektif dadakan untuk menyelesaikan masalah dalam cerita. Novel ini pun memiliki pesan moral bahwa seseorang harus mendapatkan rizqi dengan cara dan dari asal yang benar.
Resensi Novel Fantasteen: Ghost Dormitory in Alaska karya Nabilla Anasty Fahzaria diresensi oleh Alya Dwi A. Setiaji

Nama : Alya Dwi A. Setiaji
A. Identitas Buku
Judul : Fantasteen: Ghost Dormitory in Alaska
Penulis : Nabilla Anasty Fahzaria
Penerbit : DAR! Mizan
Tahun Terbit : Januari 2016
Jumlah Halaman : 184 halaman
ISBN : 978-602-242-819-0
B. Pendahuluan
Buku ini adalah buku fiksi karangan Nabilla Anasty seorang penulis muda yang berbakat. Ghost Dormitory in Alaska adalah salah satu serial buku Fantasteen Ghost Dormitory terbitan DAR! Mizan yang memang sangat terkenal dengan buku-buku karya remaja. Buku kedua dari penulis ini tidak terlalu tebal sehingga tak heran jika novel bergenre horor ini telah mampu memikat banyak hati para pembaca muda.
C. Sinopsis Buku
Cerita bermula saat ulang tahun Autumn Fray ke-17. Keluarga angkatnya harus pindah ke Selandia Baru dan ia terpaksa dimasukkan ke asrama paling dingin di Alaska: Fox Wheels House. Walaupun tidak seperti perayaan ulang tahun ke-17 kebanyakan orang, Autumn tetap menerima keputusan itu karena sadar akan posisinya dalam keluarga. Berangkatlah ia ke Anchorage di Alaska, kedatangannya disambut oleh dua anak kembar menyesatkan, Harry dan Hanry yang sangat tidak membantu. Tempat itu terlihat sepi seperti tidak ada kehidupan, daun-daun berjatuhan sebagaimana mestinya karena saat itu adalah musim gugur. Keindahan Danau Goose yang berada persis di depan sebuah asrama megah mampu membuatnya nyaman hingga tertidur di tepiannya. Kemudian seorang laki-laki bermasker membangunkan Autumn dan mengajaknya masuk ke asrama yang terlihat usang. Itu adalah pertemuan pertama Autumn dengan Winter si ketua angkatan yang berusia dua tahun lebih tua darinya. Autumn diantar menemui Mrs. Lorraine sang kepala sekolah. Setelah menunjukan surat dari orang tuanya, Autumn diantar menuju kamar nomor 77. Dari sinilah kisah baru Autumn dimulai. Kamar itu telah dihuni oleh salah satu anak asrama bernama Pearl.
Kedatangan Autumn awalnya tidak disambut baik. Pearl seperti menciptakan jarak dan melarang keras Autumn untuk menyentuhnya karena ia bisa mengetahui masa lalu dan masa depan dari orang tersebut. Pearl adalah gadis indigo yang hampir depresi. Ia belum bisa menerima kemampuannya yang tiba-tiba saja muncul saat ia tinggal di asrama ini. Setiap malam dirinya selalu melihat hantu wanita berpakaian putih dengan wajah terbakar menyebrangi danau menuju asrama. Autumn tak henti berupaya untuk mencari tahu tentang Pearl, banyak kejadian-kejadian aneh yang akhirnya mempersatukan mereka dengan sendirinya. Autumn juga mulai didatangi oleh sosok wanita tersebut dan terlibat dalam dunia kedua di asrama yang selalu hadir saat tengah malam.
Meskipun hidup di asrama membuat Autumn tidak sendirian dan merasa banyak teman sependeritaan tak lantas membuatnya tenang. Masalah-masalah aneh silih berganti merusuhi hari-harinya. Autumn mencoba menenangkan pikirannya dengan berjalan-jalan keluar asrama. Ia mengamati bagunan-bangunan rumah dengan arsitektur kuno yang sudah tidak berpenghuni. Lama berjalan, Autumn mulai memasuki hutan dan terus makin ke dalam hingga ia berada pada suatu jurang bernama Jurang Bintang. Di sana dirinya menemukan sebuah makam dengan balok kayu bertulisan “Spring”. Lama ia berpikir makam siapa ini dan mengapa ada di sini. Pikiran itu bubar karena kemunculan Harry dan Hanry yang ternyata adalah hantu menyesatkan. Lalu disusul oleh kedatangan Winter yang juga secara tiba-tiba dan mengajaknya untuk segera kembali ke asrama tanpa banyak bicara.
Seperti biasa malam dunia kedua hadir, kali ini Autumn tertarik untuk mengikuti permainan bersama Perl dan Winter. Hanya mereka bertiga yang tersadar dan tidak berubah menjadi jahat saat malam itu. Ritual-ritual dilakukan dan mereka bertiga adalah target utamanya. Wanita berbaju putih itu terus muncul dan berakhir mengarahkan Autumn untuk ke ruang Mrs. Lorraine yang sudah tewas dengan kotak musik miliknya yang pecah. Autumn sangat terkejut lalu memberanikan diri untuk masuk dan mencari tahu sebenarnya ada apa dan apa maksud dari dunia kedua ini. Hingga akhirnya ia hilang kesadaran karena lagi-lagi arwah wanita itu mengejutkannya. Besoknya Autumn disadarkan oleh salah satu suster di sana yang berkata bahwa ada telepon untuknya di ruang Mrs. Lorraine. Ia bergegas ke sana untuk menerima telepon yang ternyata dari saudara angkatnya. Saudaranya memberi kabar bahwa ayah mereka telah meninggal. Autumn diminta untuk kembali ke keluarganya di Selandia Baru. Perasaannya kini campur aduk, dunia kedua semalam benar-benar membuatnya lelah. Dengan frontal ia meminta kotak musik milik Mrs. Lorraine kemudian membantingnya hingga hancur. Banyak orang berdatangan dan terkejut dengan apa yang Autumn lakukan, karena selama ini kotak musik itu sangat ditakuti oleh seluruh penghuni asrama dan tidak ada yang berani menyentuhnya. Bersamaan dengan hancurnya kotak musik itu, Mrs Lorraine ikut melemah dan hingga akhirnya tewas di bangku kerjanya. Persis seperti Autumn saksikan di dunia kedua. Salah satu suster menenangkan dengan menjelaskan bahwa ini memang sudah seharusnya terjadi dan dunia kedua adalah permainan yang diwariskan pemimpin asrama sejak dahulu.
Kisah berlanjut, Autumn ingin sekali kembali pada keluarganya tetapi masih banyak hal yang ingin diketahui di asrama ini. Selain itu dia juga sudah nyaman dengan pertemanannya bersama Pearl dan Winter. Autumn mencoba menenangkan pikirannya di seberang Danau Goose. Di sana ia dihampiri oleh dua hantu kembar yang mengatakan ada wanita cantik yang menanyakan kabar dirinya, wanita itu akan datang malam ini. Setelah itu Harry dan Hanry menghilang lagi. Kepergian mereka digantikan oleh Winter yang mendapatkan Autumn sedang menangis, kedatangannya sama sekali tidak dihiraukan. Laki-Laki yang memiliki mata persis seperti punya Autumn malah ikut terdiam dan memandangi hamparan danau. Kemudian Pearl datang dengan rasa khawatirnya pada Autumn. Karena sudah tidak bisa menahan rasa penasaran akan bagaimana hidupnya, Autumn langsung memegang tangan Pearl dengan sangat kuat agar tidak bisa dilepas bahkan ketika Winter membantunya. Sekarang bukan hanya kehidupan Autumn, kehidupan Winter juga bisa Pearl rasakan. Pemberontakan Pearl berbalik menjadi ikut memegang tangan mereka berdua dengan kuat. Ia melihat potongan-potongan kisah mulai dari mereka berdua lahir. Pearl menangis dan mulai membuka semuanya. Pearl mengatakan bahwa mereka berdua adalah saudara kandung yang sudah lama berpisah. Tiga hari setelah melahirkan Autumn di musim gugur, ibu mereka dibawa oleh seorang bernama Markovnikov ke seberang Danau Goose. Orang tersebut tidak terima ibu dan ayah mereka bahagia. Markovnikov membakar ibu mereka dan kemudian mengubur bekas tulang-belulangnya di puncak Jurang Bintang. Ayah mereka meninggal lima tahun lalu. Pearl lanjut bercerita, setelah kejadian itu Winter dimasukan ke asrama ini dan Autumn ke Panti Asuhan Anchorage sampai akhirnya diadopsi oleh keluarga Fray. Pearl juga baru tahu ternyata arwah wanita dengan wajah terbakar itu ibu dari Autumn dan Winter yang ingin meminta bantuan. Ia sangat menyesal dan meminta maaf karena sebelumnya telah takut. Malamnya sudah tidak ada lagi dunia kedua, mereka bertiga pergi ke perpustakaan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang ibu dari Autumn dan Winter.
Seperti biasa arwah wanita berbaju putih dengan wajah terbakar datang lagi. Mereka bertiga turun dari perpus dan bergegas menuju gerbang asrama. Benar saja di sana sudah ada wanita cantik yang transparan. Autumn dan Winter memanggilnya dengan sebutan ibu. Sosok itu meminta maaf karena telah mengganggu kehidupan asrama dan mengaku telah menunggu kehadiran Autumn sejak lama. Tak lama wanita itu berpamitan pergi kemudian menghilang. Di akhir cerita Autumn kembali diminta untuk tinggal bersama keluarga angkatnya lagi. Namun, dengan berat hati ia menolak dan memilih tinggal di asrama bersama kakak kandungnya. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih pada keluarga Fray karena telah tulus merawat dan menjaganya.
D. Resensi
- Kelebihan : Kelebihan dari buku adalah alur cerita dibawakan dengan santai dan tidak bertele-tele. Pemilihan diksinya juga sangat mudah dimengerti oleh segala kalangan. Buku ini memiliki keunikan dari pemilihan nama-nama tokohnya. Buku ini disajikan dalam sudut pandang orang pertama sehingga pembaca hanya bisa tau bagaimana jadi pemeran utama dan sangat memancing rasa penasaran pembaca tentang apa yang dirasakan oleh tokoh-tokoh lain.
- Kekurangan : Novel ini masih memiliki beberapa kekurangan, salah satunya alur cerita mudah ditebak berdasarkan pengalaman membaca novel-novel Ghost Dormitory seri lainnya. Buku ini juga kurang menceritakan latar belakang beberapa tokoh yang berperan, seperti Pearl, Harry dan Hanry. Tidak ada pula bagian penjelasan mengenai ritual dunia kedua di asrama sehingga banyak menimbulkan tanda tanya pada pembaca. Kekurangan lainnya terdapat pada cover yang tidak mencerminkan latar musim gugur yang menjadi latar utama dalam cerita.
E. Penutup
Buku ini layak untuk dibaca para remaja yang ingin membaca kisah horor. Kisah horor yang dibawakan tidak terlalu sadis sehingga cocok untuk jadi alternatif bacaan bagi yang baru memulai membaca cerita horor. Amanat yang ditawarkan dalam cerita juga cukup menarik. Tidak baik jika kita terlalu takut dengan sesuatu hal baru, cobalah untuk bisa berdamai dengan keadaan. Sebab tidak ada yang pernah bisa menebak bagaimana akhirnya dan apa maksud dari semuanya jika kita tidak coba menerima. Cerita ini juga mengajak pembaca untuk lebih peka dan peduli terhadap orang lain. Jangan mudah menganggap orang lain aneh lantas kemudian menjauhinya tanpa peduli bagaimana dia sebenarnya.
Penulis: Kementerian Pengembangan Literasi dan Keilmuan
Editor: Arsa Safria Zahra
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: blog.bem-unsoed.com/karya-resensi-terbaik-sayembara-literasi-vol-3/ […]
sweet dreams
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: blog.bem-unsoed.com/karya-resensi-terbaik-sayembara-literasi-vol-3/ […]
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: blog.bem-unsoed.com/karya-resensi-terbaik-sayembara-literasi-vol-3/ […]
This is a very good tip especially to those fresh to the blogosphere.
Short but very precise information… Many thanks for sharing this one.
A must read post!