Halo! Apa kabar nih, Sobat Gensoed? Bagaimana kabarnya menuju akhir bulan ini? Semoga sehat selalu, ya!

Sobat pasti sudah pernah mendengar Padanan Kata dan Tanda Baca, kan? Sebenarnya apa sih Padanan Kata dan Tanda Baca itu? Nah, Mimin kembali hadir menyuguhkan tulisan baru yang bukan hanya bermanfaat melainkan juga bisa menemani kebosanan Sobat semua!

Medkraf BEM Unsoed secara eksklusif menyajikan Nulispedia sebagai ajang berbagi kepada Sobat Gensoed semua tentang bahasa Indonesia dan tata bahasanya. Sudah siap belajar bersama? Yuk, kita simak pembahasannya~

Padanan Kata

Padanan kata adalah istilah dalam linguistik yang mengacu pada kata-kata dengan arti yang sama atau mirip. Istilah ini sering digunakan dalam pembelajaran bahasa untuk membantu pemahaman dan penggunaan kata-kata yang tepat.

Padanan kata memiliki beberapa jenis, yaitu Sinonim, Antonim, Homonim, Homograf, dan Homofon.

  1. Sinonim

Apakah Sobat tahu apa itu sinonim? Sinonim adalah dua kata dengan bentuk berbeda yang memiliki arti yang sama atau mirip. 

Misalnya:

  • “Cinta” dan “Kasih” (yang memiliki arti yang sama yaitu perasaan sayang atau mengasih)
  • “Sedih” dan “Mengharukan” (yang sama-sama memiliki arti ekspresi diri)
  1. Antonim

Nah, kalau antonim adalah dua bentuk kata berbeda yang memiliki arti berlawanan. Berbanding terbalik dengan sinonim. Jangan sampai tertukar ya, Sobat!

Contoh dari antonim misalnya:

  • “Panjang” dan “Pendek”
  • “Besar” dan “Kecil”
  1. Homonim

Padanan kata ketiga adalah homonim. Homonim adalah padanan kata yang memiliki bunyi yang sama, tetapi maknanya berbeda. Masih bingung? Yuk, lihat contoh di bawah ini!

“Apakah kamu tahu kalau pelajaran hari ini dibatalkan?”

“Aku sedang makan tahu isi telur, lho!”

Dapat dilihat bahwa kalimat pertama merujuk pada “tahu” yang diketahui. Sementara, kalimat kedua merujuk pada “tahu” makanan. Meskipun memiliki bunyi yang sama, tetapi maknanya berbeda ya, Sobat!

  1. Homograf

Homograf adalah padanan kata yang memiliki bentuk tulisan yang sama, tetapi maknanya berbeda. Waduh maksudnya gimana tuh, Min? Yuk, kita lihat contohnya bersama-sama agar paham!

“Ayu sangat suka dengan buah apel”

“Jangan sampai telat untuk apel, ya!”

Sobat ada yang tahu perbedaannya nggak, nih? Yap! Kata “apel” pada kalimat pertama merujuk pada arti buah, sedangkah kata “apel” pada kalimat kedua merujuk pada arti upacara. Bagaimana? Sudah paham kan, Sobat?

  1. Homofon

Padanan kata terakhir adalah Homofon. Homofon merupakan padanan kata yang memiliki bunyi yang sama namun ejaannya berbeda. Misalnya:

“Aku sedang berada di Bank Mandiri”

“Bang Dika! Dompetnya ketinggalan!”

Kedua kalimat memiliki bunyi yang terdengar sama. Akan tetapi, ejaan beserta maknanya juga berbeda, lho! Itulah yang dimaksud dengan homofon.

Jadi, Sobat sudah paham pengertian dan perbedaan padanan-padanan kata di atas belum? Jangan sampai kebalik, ya!


Tanda Baca

Tanda baca ada banyak macamnya, lho! Nah, kali ini kita akan membahas mengenai tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda kurung ((…)), dan tanda kurung siku ([…]). Langsung saja kita kupas materi ini!

  1. Tanda Titik Dua (:)

Sobat pasti sudah sering melihat tanda baca yang satu ini. Tetapi apakah pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari sudah benar? 

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan. Misalnya:

  • Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  • Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.

Tanda titik dua juga dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contohnya apa tuh, Min?

  • Ketua : Muhammad Ari
  • Sekretaris : Destiya Ayu
  • Bendahara : Aulia Aryani

Selain itu, tanda titik dua juga dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contohnya sebagai berikut:

  • Ibu: “Bawa koper ini, Nak!”
  • Adek: “Baik, Bu.”

Wah, ternyata banyak penggunaan titik dua, ya! Jangan sampai salah penggunaan lagi ya, Sobat.

  1. Tanda Titik Koma (;)

Kalau tanda titik koma itu perbedaannya sama tanda titik dua apa sih, Min? 

Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata hubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Contohnya sebagai berikut. 

  • Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku

Tanda titik koma yang berada di kalimat tersebut, berarti “namun” untuk memisahkan kedua kalimat majemuk tersebut.

Tanda titik koma juga dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya:

  • Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah:
  1. berkewarganegaraan Indonesia;
  2. berijazah sarjana S-1; dan
  3. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Terakhir, tanda titik koma juga dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma. Misalnya:

  • Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan jeruk

Dapat dilihat tanda titik koma di sini untuk memisahkan jenis barang yang ibu beli, jenis pertama membahas tentang alat tulis, kedua tentang pakaian, dan terakhir tentang buah. Sekarang Sobat sudah paham kan perbedaannya?

3. Tanda Kurung ((…))

Kalau tanda baca yang ini pastinya Sobat juga sudah sering lihat, dong. Ayo kita bahas bersama-sama mengenai penggunaan tanda kurung ini! 

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:

  • Dia memperpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM).
  • Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

Selain itu, tanda kurung juga dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya dapat dimunculkan atau dihilangkan di dalam teks. Contohnya apa, sih, Min? Berikut contohnya:

  • Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
  • Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

Tanda kurung dapat dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian. Misalnya:

  • Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja

4. Tanda Kurung Siku ([…])

Tanda baca ini jarang ditemukan di dalam penulisan sehari-hari. Namun, jangan sampai kita tidak tahu cara penggunaannya, lho

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain. Wah, contohnya seperti apa tuh, Min?

  • Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
  • Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.

Tanda kurung juga dapat dipakai sebagai pengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung. Contohnya seperti:

  • Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

Nah, sampai di sini sudah paham, kan? Jadi jangan lupa terapkan di kepenulisan sehari-hari Sobat, ya. Sampai jumpa di Nulispedia berikutnya!