Zaman terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut mempengaruhi pemuda pada khususnya di Indonesia. Zaman sekarang ini, adalah bagaimana globalisasi yang menjadi modernisasi sudah menjadi habbit dari setiap lapisan masyarakat. Suatu istilah yang dinamakan “minimalis” merupakan gambaran yang tepat untuk saat ini. Mayoritas pemuda pada khususnya sebagai contoh, semakin enggan untuk kontribusi dan senang mengkritisi suatu hal. Sikap skeptic yang berlebihan terhadap golongan lain membuat ada golongan masyarakat yang tersudutkan melalui tindakan diskriminasi secara lisan atau perbuatan sehingga berujung pada melemahnya nilai patriotism pemuda masa kini yang membuatnya enggan untuk bergerak membangun bangsa. Kecenderungannya tidak hanya terjadi pada hal itu saja. Pengejaran prestasi, peningkatan kompetensi dan daya saing yang bermakna individualis golongan tertentu (red= memikirkan golongan sendiri) membuat rasa patriotism yang menurun itu berdampak pada minimnya gerakan kolaborasi untuk pembangunan bangsa yang lebih baik. Istilah “netizen” merupakan hal yang tersisa dari keberanian pemuda masa kini terhadap isu terkini tentang Indonesia. Sementara konsepsi pemuda sekarang ini sangatlah minim, dan kontribusinya semakin sedikit apabila bisa kita bandingkan dengan masa awal Reformasi-Pasca Reformasi.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian PSDM BEM UNSOED menyelenggarakan kegiatan Sekolah Pemuda Bangsa #6 dengan tema “Patriotisme Pemuda Masa Kini dan Nanti” pada tanggal 9-12 November 2016. Acara ini dihadiri oleh 26 peserta dari 10 Universitas ternama di Indonesia, diantaranya adalah Universitas Jenderal Soedirman selaku tuan rumah kegiatan, Universitas Tidar, Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Semarang, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Amangkurat, Universitas Bengkulu dan juga Universitas Riau. Dengan mengemban nilai moral dan optimis, inisiatif, dan juga kolaborasi membuat kegiatan ini merupakan stepping stone untuk pemuda dalam memahami sesungguhnya apa itu patriotism dan bentuknya yang harus dituangkan dalam nasionalisme atau bahasa yang lebih hematnya adalah suatu “kontribusi”.
Acara yang telah berlangsung selama 6 tahun periode BEM UNSOED ini dimulai pada tanggal 9 November yang diawali dengan agenda pembukaan bertempat di Aula Rektorat Lt. 1 berisi sambutan ketua pelaksana King Abdul Aziz, sambutan Presiden BEM UNSOED Abdullah Mohammad Ihsan, dan juga Kepala Bagian Pengembangan Mahasiswa dan Alumni Drs. Akhmad Suheli, MM. Kemudian, peserta diantar menuju Wisma Wijayakusuma, Baturraden untuk mempersiapkan diri memulai Sharing Session bertajuk “Permasalahan dan Kehidupan Kampus” dengan menghadirkan pembicara David Haryanta Bangun yang merupakan Koordinator Kajian Isu Maritim dimana dihasilkan pemahaman bahwa sebagai mahasiswa sekaligus pemuda bangsa, haruslah memiliki daya pemahaman terdekat terhadap apa yang terjadi di kampusnya. Diskusi bersama merupakan solusi bijak untuk mengatasi permasalahan oleh karenanya jarang terjadi orang sukses dengan tangannya sendiri. Acara pada malam harinya, diisi dengan Focus Group Discussion 1 (FGD 1) dengan tajuk “Moral dan Optimisme Pemuda Masa Kini” yang dimoderatori oleh Muhammad Anggit Bagas Dwi Prakoso selaku Menteri Dalam Negeri BEM UNSOED 2016 serta menghadirkan Muhammad Junaedi selaku Community Manager kitabisa.com sekaligus Tarmidzi Taher selaku Direktur Utama iQuran Indonesia dan Peduli Desa. Pada agenda ini, diskusi mengarah pada bahwa skeptic terhadap apa yang terjadi tidak terlalu baik, selalu ada orang baik yang bergotong royong bersama-sama untuk membantu dalam hal yang positif. Pemuda tidak akan tertinggal ketika tidak menggunakan smartphonenya sama sekali selama mereka masih memiliki moral yang tangguh dan jelas dalam membangun bangsa kedepannya, bukan mereka yang mengkonsumsi barang seperti smartphone atau yang lainnya berlebihan dan tenggelam di kenikmatan sementara. Acara pada hari tersebut ditutup dengan Malam Refleksi Hari Pahlawan 10 November dimana diisi oleh Jarot Setyoko yang membahas tentang lebih baik tidak perlu menilai orang lain jahat atas tindakannya karena kita belum tentu lebih baik daripada mereka. Terlepas dari itu, nilai-nilai semangat pahlawan harus direfleksikan pada setiap pemuda agar mendapatkan tauladan yang baik untuk menelaah dan menerapkan nilai patriotism pemuda masa kini serta penampilan hiburan dari teater Si Anak dari FISIP UNSOED.
Berlanjut pada tanggal 10 november 2016, acara dimulai dengan agenda olahraga pagi bersama peserta SPB#6 dan juga panitia. Agenda setelahnya adalah memperkenalkan UNSOED kepada peserta dengan diselenggarakannya city tour ke seluruh fakultas yang ada di UNSOED dan berakhir pada sesi foto bersama di depan patung kuda UNSOED. Acara selanjutnya diisi dengan Studium Generale dengan moderator Agus Yusup selaku Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM UNSOED dengan menghadirkan pembicara yaitu Manunggal K. Wardaya, S.H., LLM dengan tajuk “Generasi Integritas: Peran Pemuda Hari ini, Demi Indonesia yang Berdikari”. Pada bahasan sesi tersebut, pembicara menekankan kepada seluruh peserta dan umumnya pemuda Indonesia bahwa kawula muda merupakan stakeholder penting dalam melakukan perubahan social bangsa. Hal tersebut telah terbukti bahkan sebelum kemerdekaan terjadi hingga masanya reformasi, hanya saja permasalahan sekarang adalah bagaimana pasca reformasi pemuda menjadi generasi yang tumpul nilai patriotismnya. Istilah ini dikenal dengan Pemuda Panggilan Zaman dimana akan terus menyesuaikan diri terhadap kondisi social masyarakat itu berada. Pemuda diharapkan tidak terlena dengan zaman yang buruk dan berani mengemban integritas untuk Indonesia yang lebih baik dari perspektif zaman yang baik. Setelah diadakan Studium Generale ini, peserta diarahkan untuk shalat dzuhur secara berjamaah dan dilanjutkan dengan sesi tur di Lokawisata Baturraden yang merupakan tempat wisata dibawah naungan Dinasa Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (DINPORABUDPAR) Banyumas. Selanjutnya, para peserta diarahkan kembali untuk Focus Group Discussion 2 (FGD 2) bersama Arizal Mutakhir, S.sos., M.A selaku Dosen Sosiologi FISIP UNSOED dan dimoderatori oleh Adhyatma Riyanto selaku Menteri Sosial dan Politik BEM UNSOED dimana membahas ”Pergerakan Mahasiswa”. Pada sesi ini, pembicara menekankan bahwa mahasiswa sebenarnya bisa memberikan kontribusi yang kuat dalam pergerakan bangsa karena jumlah mereka tidak bisa diremehkan dan kualitas mereka sebagai kaum dengan intelektual yang diharapkan masyarakat menunjukkan kualitas mereka sebagai pelopor pergerakan untuk Indonesia. Dengan berakhirnya sesi FGD 2 ini, peserta diarahkan untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah dan selanjutnya diadakan sesi Focus Group Discussion 3 (FGD 3) dengant tajuk “Inisiatif Pemuda dalam Pembangunan Bangsa”. Pembahasan FGD 3 ini menghadirkan Ibrahim Malik selaku delegasi Youth South East Asian Leaders Initiative dan dimoderatori oleh Bustomy Fajar Mulyawan selaku menteri Riset dan Pengembangan Keilmuan BEM UNSOED. Pada sesi ini, ditarik suatu benang merah bahwa suatu pemimpin harus bergerak dari hal terkecil dahulu, jangan bermuluk-muluk membuat korupsi hilang dari bumi apabila dalam skala terdekat saja tidak berani bergerak untuk melakukan perubahan. Pembicara juga menekankan jadilah seorang pemimpin de facto yang diakui oleh banyak orang karena kontribusinya yang benar-benar terlihat di masyarakat. Terlepas dari hal itu, peserta diharapkan membentuk jaringan pertemanan yang kuat agar mampu berkolaborasi bersama untuk melakukan inisiasi sebagai pemuda bangsa.
Acara pada tanggal 11 November 2016 dimulai dengan sarapan pagi bersama dan beranjak untuk melaksanakan Fieldtrip menuju PT. Semen Bima, Ajibarang untuk memberikan arahan tentang kepemudaan dan juga kunjungan perusahaan. Acara selanjutnya diisi dengan agenda Focus Group Discussion 4 (FGD 4) dengan tajuk “Senarai Cita dan Karya bersama Alumni Sekolah Pemuda Bangsa” yang diisi oleh Adit Pradana selaku Menteri Sosial Politik BEM UNDIP sekaligus alumni SPB#3 dan dimoderatori oleh Amalia Anjani selaku Menteri Komunikasi dan Informasi BEM UNSOED. Pada pembahasan tersebut, didapatkan benang merah pembahasan bahwasanya para peserta ditekankan untuk berkarya bersama selama 1 tahun agar mendapatkan output yang maksimal tidak hanya “Generasi Balsam” yang panas di awal namun lama-kelamaan biasa saja menghadapi apa yang terjadi di masyarakat. Mengkaji permasalahan yang ada di masyarakat juga harus diteruskan dengan solusi yang diharapkan dari generasi Sekolah Pemuda Bangsa ini ketika rangkaian acara berakhir. Setelah diskusi tersebut selesai, acara dilanjutkan hingga tahap pemilihan ketua alumni SPB#6 yang mana menjadikan Yopi Irianto Panut dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terpilih sebagai ketua SPB#6 untuk menggerakkan seluruh peserta SPB#6 untuk berkarya dan berkolaborasi selama 1 tahun sebagai pemuda bangsa.
Acara terakhir, pada tanggal 12 November 2016 dimulai dengan persiapan check-out dari wisma yang juga diteruskan dengan sesi Gagasan Proyek yang akan dilaksanakan oleh peserta SPB#6 nantinya selama 1 tahun ke depan. Sete;ah acara tersebut berakhir, dilanjutkan dengan wisata alam menuju Curug Bayan, Baturraden sebelum akhirnya menepi di Masjid Jenderal Soedirman untuk beristirahat sejenak. Acara selanjutnya adalah seluruh peserta diantarkan ke tempat perbelanjaan oleh-oleh Banyumasan di Sawangan. Malam harinya, acara ditutup dengan sesi Gala Dinner di Pendopo Si Panji yang terletak di daerah kawasan Pemerintah Kabupaten Banyumas. Acara tersebut diawali dengan sambutan dari Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (DINPORABUDPAR) Banyumas yang dilanjutkan dengan Gala Dinner Soto Sokaraja sebagai salah satu makanan khas di Banyumas. Acara tersebut juga dilengkapi dengan hiburan tarian Banyumas dan Kenthongan serta sesi diskusi ringan bersama Budiman Sudjatmiko selaku anggota Komisi II DPR RI dan juga Achmad Tohari selaku penggiat Kebudayaan Banyumas dengan dimoderatori Abdullah Mohammad Ihsan selaku Presiden BEM UNSOED. Pada sesi ini, para peserta ditekankan untuk terus menghargai setiap tindakan yang ada di masyarakat sekecil apapun itu karena hal tersebut yang berpengaruh terhadap jiwa patriotism dan juga nasionalisme pemuda pada akhirnya. Nuansa berbagi kebersamaan peserta dengan panitia mencapai puncaknya di tempat tersebut hingga pada akhirnya acara telah berakhir dan para peserta dapat kembali ke kampung halaman universitasnya untuk bergerak selama 1 tahun kedepan bersama memberikan kontribusi mereka untuk bangsa.
Sekolah Pemuda Bangsa #6
Bangkitlah Pemuda, Jayalah Indonesia!
Kementerian Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa BEM UNSOED Kabinet Melesat
Bentuk Kader, Bangun Karakter!