
Wah, serius? Keren banget, Lur!
Iya nih, Lur! Bupati Banyumas Achmad Husein menginisiasi pembuatan genting dan paving block dari sampah plastik. Pemanfaatan limbah menjadi produk daur ulang tersebut kini masih dalam tahap riset yang dilakukan oleh tim di belakang rumah dinas bupati. Selama hampir 1 bulan ini, poduksi pun sudah mulai diuji coba.
Carane kepriwe tuh, Lur, sampah plastik bisa jadi genting?
Jadi, pembuatan genting tersebut diawali dengan peleburan sampah plastik, Lur. Berbagai jenis plastik yang telah terkumpul kemudian dipanaskan dalam sebuah mesin dengan suhu 300’C hingga meleleh dan berubah menjadi seperti adonan. Selanjutnya adonan dicetak dengan sebuah mesin pres genting. Terakhir genting dicelupkan ke dalam air selama 2-3 menit agar dingin dan menjadi keras. Agar makin menarik, genteng atau paving block dicat warna-warni.
Wah, mantap! Btw, kenapa harus plastik, sih, Lur?
Penggunaan plastik ini tidak lepas dari upaya Banyumas untuk mengurangi sampai plastik, Lur! Banyumas sendiri memproduksi 60 ton sampah plastik per hari. Jadi, dengan upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi sampah plastik yang dihasilkan. Namun, untuk saat ini hanya plastik kresek yang telah dimanfaatkan. Tidak hanya untuk genting dan paving block, tetapi juga untuk campuran aspal hotmix.
Oh gitu, ya … terus ada keunggulan lainnya nggak, sih?
Eits, jangan diragukan lagi, tentunya ada, dong! Biaya produksi genting dan paving block lebih murah dibandingkan dengan menggunakan bahan yang lainnya. Untuk genting sekitar Rp500 — 600 per buah. Sementara paving block Rp45.000 m2. Selain itu, genting dan paving block yang terbuat dari sampah plastik lebih kuat dibanding yang dibuat dari bahan biasa, sehingga ketika dibanting ataupun dilindas mobil tidak akan pecah, Lur.
Kreatif dan Inspiratif banget, Banyumas!
Pastinya! Bupati Banyumas sendiri berharap, teknologi tersebut nantinya dapat digunakan oleh perajin genting tradisional di Desa Pancasan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Desa tersebut sejak puluhan tahun lalu telah menjadi sentra pembuatan genteng tradisional dari tanah liat. Jadi, nantinya UMKM di sana diberi mesin, kemudian untuk paving block bisa diproduksi oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengelola Tempat Pengahan Sampah Terpadu (TPST).
Hal itu pun disambut baik oleh paraa perajin genting, Lur! Salah seorang perajin genteng asal Pancasan Amin Nurrohman mengaku, sangat senang dengan temuan tersebut.
Gimana, keren banget, ‘kan, Lur?
Penulis : Silvia Sulistiara