Lagi? Emang sebelumnya udah pernah, ya?
Udah, Lur! Tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Banyumas sudah mengusulkan mendoan sebagai Intagible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak Benda – WBTB) pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta UNESCO. Namun, karena kurangnya kajian akademis, pengajuan WBTB tersebut belum lolos. Kini, akan diajukan kembali dengan melengkapi data yang diperlukan seperti nilai sejarah lan budaya.
Kenapa sih, kok harus diajuin jadi warisan budaya?
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan dan Pelestarian Tradisi Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Mispan mengatakan, usulan ini merupakan persoalan penting karena mendoan adalah kuliner asli Indonesia yang sudah ada sejak masa kolonialisme Hindia Belanda. Mendoan layak menjadi warisan tak benda aspek kuliner yang perlu dilestarikan sehingga tidak diklaim oleh pihak lain.
Saat ini, warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Banyumas di antaranya adalah getuk goreng untuk kuliner dan untuk kesenian ada calung, begalan, lengger serta gubrak lesung.
Yang jadi kurangnya kajian akademis tuh apa?
Kata Pak Mispan, sebenarnya belum ada literatur atau rujukan pasti mengenai awal mula medoan berada di Banyumas, tapi catatan sejarah tentang mendoan terjadi pada masa pemerintahan Banyumas tahun 1933 hingga 1950.
Jadi ceritanya, Pendopo Bupati yang semula ada nang Kecamatan Banyumas, dipindah ke Purwokerto. Untuk mengungkapan syukur atas lancarnya pemindahan pendopo, Bupati Sudjiman Gandasubrata meminta warganya untuk beristirahat dengan menonton lengger dan menikmati mendoan. Nah, hal tersebut menandakan bahwa mendoan sudah ada jauh sebelum masa pemerintahan Bupati ke-19 atau kemungkinan sudah ada sejak awal berdirinya Kabupaten Banyumas.
Pada masa itu, mendoan menjadi makanan favorit masyarakat yang dibuktikan dengan dikenalnya mendoan oleh sang Bupati.
Ngga cuma dulu, sekarang juga mendoan esih dadi favorite Nyong!
Setuju, Lur …. Saat ini, pihak Dinporabudpar masih terus mencari referensi dari berbagai sumber. Mulai dari cerita-cerita berbagai Adipati, sampai Kitab Centini yang menjelaskan adanya santapan gorengan.
Memang, kelezatan mendoan sing wis dikasih bumbu, tepung lan irisan daun bawang, kemudian digoreng setengah matang sudah jadi ciri khas sekaligus penyelamat buat ganjal perut anak kos. Apalagi masih panas dan ditemani cabe rawit atau sambal kecap, menambah nikmatnya huh-hah-huh-hah saat disantap.
Haduh, jadi keinget belum beli buat buka! OTW nyari mendoan Lur~
Ahaha siap, Lur. Selamat berburu mendoan! Semoga mendoan serta beberapa kebudayaan dan kuliner Kabupaten Banyumas meliputi wayang bawor, kentongan, ebeg, dan jenang dapat lolos dalam pengusulan sertifikat WBTB tahun ini. Menyusul getuk goreng yang sudah resmi berangkat duluan menjadi Intagible Cultural Heritage di tahun 2018.
Penulis : Ardi Eka Pandawa